Tumpahan minyak di sekitar Single Point Mooring Pertamina Refinery Unit IV Cilacap melimpahi perairan selatan Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah. Nelayan setempat mengeluhkan peristiwa yang terjadi beberapa kali itu karena tumpahan minyak berpotensi mencemari habitat ikan.
Suyanto (40), nelayan Pantai Teluk Penyu Cilacap, Kamis (21/5), mengatakan, tumpahan minyak sangat banyak di sekitar Single Point Mooring (SPM) dan telah mendekati Pantai Cimiring, Nusakambangan. SPM merupakan sarana tambat terpadu yang digunakan kapal tanker untuk bongkar-muat minyak lepas pantai guna disalurkan ke kilang melaui pipa bawah laut.
“Kami heran kejadian minyak tumpah selalu berulang. Bagaimana nelayan bisa mendapatkan penghasilan maksimal pada saat menjelang musim panen,” keluh Suyanto.
Berdasarkan data Kompas mencatat, pada Juli 2011, tumpahan minyak mengotori perairan Cilacap hingga sekitar Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) dan pantai Rawa Jarit. Pada April 2012, genangan minyak mencemari sekitar dermaga I Pelabuhan Tanjung Intan atau sekitra dermaga Sleko, hingga radius 200 meter.
Ketua II HNSI Cilacap Indon Tjahjono berharap Pertamina dan institusi terkait serius menangani masalah itu. Menurut dia, tumpahan minyak sering kali terjadi di perairan selatan Nusakambangan dan sekitarnya.
Public Relations Section Head Pertamina RU IV Cilacap, Musriyadi mengakui adanya tumpahan minyak itu. “Betul, ada aktivitas pembongkaran minyak, tetapi ada yang bocor pada Rabu malam. Kami langsung melakukan penanggulangan dan sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait,” katanya.
Di Jambi, ada lima pabrik sawit dan karet di sekitar Sungai Batanghari tidak memiliki instalasi penanganan air limbah memadai. Limbah dibuang langsung ke sungai dalam kondisi tercemar atau jauh di bawah baku mutu.
Anggota Komisi, III DPRD Provinsi Jambi “‘Popriyanto mengatakan, lima perusahaan itu tersebar di Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Batanghari dan Sarolangun. Dari hasil inspeksi mendadak dan pengambil sampel air limbah serta analisis laboratorium diketahui, air limbah produksi karet dan sawit dari kelima perusahaan ini sangat tercemar. “Kami duga, pembuangan limbah ke sungai berlangsung tanpa pengolahan memadai dan sudah bertahun-tahun mencemari sungai Batanghari,” ujar Popriyanto, Kamis. (Dds)
Sumber: Kompas