Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian saat ini tengah melakukan kajian untuk melakukan rasionalisasi tarif angkutan di pelabuhan. Rasionalisasi tarif, jika telah diterapkan, diyakini bakal memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan bisnis logistik di Tanah Air.
Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kemenko Perekonomian, Edy Putra Irawady mengatakan tingginya biaya logistik di Indonesia masih menjadi tantangan tersendiri bagi industri logistik. Hal ini tentunya berimbas pada daya saing industri logistik nasional.
“Perlu ada strategi dalam menghadapi tantangan lohistik ini, saat ini kita sedang ada kajian untuk melakukan rasionalisasi tarif angkutan pada setiap pelabuhan, ini salah satunya,” kata Edy Putra di Jakarta, Selasa (4/2).
Ia menjelaskan, sesuai dengan kajian yang tengah dilakukan tengah, nantinya pelabuhan yang volume pengiriman barang yang rendah, tidak akan dikenakan tarif progresif untuk proses logistiknya.
“Ini rasionalisasi yang kita lakukan, untuk mengurangi beban logistik, karena logistik kita tidak bersaing,” ujarnya.
Menurutnya, hal lain yang tengah dikaji untuk menurunkan beban logistik adalah dihapusnya jasa layanan publik yang dikenakan selama proses logistik dengan memangkas biaya maupun perizinan yang dirasa tidak rasional.
Ketua Asosiasi Logistik indonesia (ALI) Zaldy Masita menilai kajian yang dilakukan pemerintah tentunya cukup berpihak pada peningkatan daya saing logistik nasional.
Zaldy optimis bisnis logstik bisa tumbuh seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia tahun ini.
”Kami optimis, tahun ini, logistik bisa tumbuh pada kisaran 12-14 persen, dengan kondisi ekonomi yang mulai membaik,” kata Zaldy.
Ia pun menegaskan, pemerintah harus konsisten dalam mengembangkan infrastruktur pendukung sistem logistik.
Penulis : Ismadi Amrin