Pengusaha batubara kini mulai melirik proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang merupakan bagian dari proyek listrik 35 ribu megawatt (MW). Langkah itu dilakukan di tengah melemahnya harga jual komoditas batubara.
Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Pandu Sjahrir mengatakan sejak tahun 2013 harga komoditas batubara mengalami penurunan yang cukup signifikan. Melemahnya harga batubara dikarenakan melimpahnya stok batubara di pasar global.
“Dua tahun terakhir saja harga batu bara telah turun dari US$100 per ton hingga di bawah US$60 per ton,” ungkap Pandu di Jakarta, Kamis (27/8).
Dijelaskannya, rendahnya harga komoditas tersebut berimbas pada industri batu bara di Tanah Air. Bahkan, APBI mencatat sekitar 40 persen tambang di Indonesia telah menghentikan kegiatan produksi.
Ditambahkannya, proyek listrik 35.000 MW yang digalakkan pemerintah kini mulai diincar para pengusaha batu bara. Pasalnya, selama ini sebagian besar batu bara yang diproduksi di Indonesia diekspor karena rendahnya penyerapan pasar dalam negeri.
“Indonesia sekarang ini saja produksi 400 juta ton, sayang jika suplai yang ada dibiarkan begitu saja. Jika dari 35 ribu MW itu setengahnya pembangkit batu bara, setidaknya suplai dalam negeri bisa mengatasi kebutuhan proyek itu. Karena hanya dibutuhkan sekitar 250 juta ton,” ujarnya.
Penulis : Ismadi Amrin